Obat tersebut bernama capecitabine, biasa digunakan untuk mengobati kanker di kepala dan tengkuk, payudara, perut dan colorectum. Satu dampaknya ialah radang kronis pada telapak tangan atau tapak kaki dan kulit dapat terkelupas, berdarah dan dapat timbul bisul atau kulit melepuh, atau apa yang dikenal sebagai sindrom tangan kaki.
"Ini dapat meningkatkan hilangnya sidik jari seiring dengan berjalannya waktu," Tan, konsultan senior di departemen medis oncology di Pusat Kanker Nasional Singapura, menjelaskan.
Pasien tersebut, pria yang berusia 62 tahun, menderita kanker kepala dan tengkuk yang telah menyebar tapi bereaksi bagus terhadap kemoterapi. Guna mencegah kanker itu kambuh lagi, ia menjalani pengobatan dengan menggunakan capecitabine.
"Setelah lebih dari tiga tahun menjalani pengobatan capecitabine, ia pergi ke Amerika Serikat untuk mengunjungi kerabatnya," tulis Tan. Ia ditahan di bagian beacukai bandar udara tersebut selama empat jam karena petugas imigrasi tak dapat mendeteksi sidik jarinya. Ia diperkenankan masuk setelah petugas bea cukai yakin bahwa ia bukan ancaman terhadap keamanan.
Tan mengatakan hilangnya sidik jari tidak digambarkan di dalam kemasan obat itu, kendati radang kronis di telapak tangan dan telapak kaki tertuliskan. "Lapisan paling atas adalah lapisan yang berisi sidik jari, hilangnya lapisan atas itu adalah kejadian yang membuat hilangnya sidik jari," kata Tan.
"Secara teori, jika anda berhenti mengkonsumsi obat tersebut, itu akan tumbuh lagi tapi perinciannya hanya sedikit. Tak seorang pun mengetahui seberapa sering peristiwa ini terjadi di kalangan pasien yang mengkonsumsi obat itu dan tak seorang pun mengetahui berapa lama seseorang harus mengkonsumsi obat ini sebelum ia kehilangan sidik jarinya," kata Tan.
Demikian artikel tentang Orang yang Tidak Punya Sidik Jari ini dapat kami sampaikan, semoga artikel atau info tentang Orang yang Tidak Punya Sidik Jari ini, dapat bermanfaat. Jangan lupa dibagikan juga ya! Terima kasih banyak atas kunjungan nya.