"Sebagai anggota dari UICC (the Union for International Cancer Control), Yayasan Kanker Indonesia merasa terpanggil untuk memberi informasi mengenai kanker, dalam hal ini yang terkait kanker kulit yang dapat dideteksi sedini mungkin agar bisa disembuhkan," kata Adiati Siregar, ketua Yayasan Kanker Indonesia dalam siaran pers, di Jakarta, Senin.
Seperti halnya kasus kanker lain, minimnya pengetahuan menyebabkan banyak gejala dini kanker kulit yang tidak dilaporkan, dibiarkan begitu saja hingga kemudian menimbulkan cacat bahkan kematian.
Diantara berbagai jenis kasus kanker di Indonesia, diketahui ternyata kanker kulit menunjukkan angka kejadian yang semakin meningkat dan dikaitkan dengan sinar ultraviolet dari matahari. Manusia Indonesia banyak yang terpajan sinar ultraviolet setiap harinya dalam jangka waktu yang lama, namun beruntung Indonesia memiliki pigmen (penyebab kulit berwarna coklat kehitaman) yang bersifat melindungi tubuh dari pajanan ultraviolet.
Mengajarkan kepada anak-anak dan remaja untuk menghindari pajanan ultraviolet dengan bersikap cerdas dan akrab Sun Smart terhadap pajanan sinar matahari yaitu dengan menggunakan topi, payung, tabir matahari dan pakaian yang menutupi lengan.
Hal ini akan berdampak sangat berarti pada tahun-tahun selanjutnya. Sinar matahari dalam jumlah cukup, dikenal sebagai sumber utama vitamin D. Paparan sinar matahari akan merangsang kulit untuk memproduksi vitamin D yang penting bagi kesehatan tulang, sistem kekebalan tubuh, dan berbagai proses tubuh lainnya.
Terlalu sedikit vitamin D pada anak, dikaitkan dengan pelunakan tulang, peningkatan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan rendahnya kolesterol baik (HDL) di kemudian hari. Meski demikian, pajanan sinar matahari terutama sinar ultraviolet antara pukul 10.00-16.00 dapat menjadi faktor risiko terjadinya kanker kulit.
Tentu saja dengan pengetahuan yang cukup, bahaya tersebut dapat dihindari dengan cara melakukan edukasi sejak dini. Menurut UICC, sebagai negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan populasi usia lanjut yang meningkat, Indonesia harus mewaspadai kecenderungan peningkatan jumlah kasus kanker di negara berkembang yang mencapai sekitar 50-70 persen kasus kanker dunia yang setiap tahunnya meningkat dari 10,9 juta pada 2002 dan diperkirakan akan menjadi 16 juta pada 2020.
Demikian artikel tentang Awas Gemuk Penyebab Kanker Sebanyak 30 Persen di Dunia ini dapat kami sampaikan, semoga artikel atau info tentang Awas Gemuk Penyebab Kanker Sebanyak 30 Persen di Dunia ini, dapat bermanfaat. Jangan lupa dibagikan juga ya! Terima kasih banyak atas kunjungan nya.